Wanita Muslimah

Tuesday, January 03, 2006

Hijab,True Story

MULTICULTURAL VOICES: A Canadian-born Muslim woman has taken to wearing the traditional hijab scarf. It tends to make people see her as either a terrorist or a symbol of oppressed womanhood, but she finds the experience LIBERATING.

"Wearing the hijab has given me freedom from
constant attention to my physical self.
Because my appearance is not subjected to
public scrutiny, my beauty, or perhaps lack of it,
has been removed from the realm of
what can legitimately be discussed."

HEADLINE:MY BODY IS MY OWN BUSINESS By Naheed Mustafa

I OFTEN wonder whether people see me as a radical, fundamentalist Muslim terrorist packing an AK-47 assault rifle inside my jean jacket. Or may be they see me as the poster girl for oppressed womanhood everywhere. I'm not sure which it is.

I get the whole gamut of strange looks, stares, and covert glances. You see, I wear the hijab, a scarf that covers my head, neck, and throat. I do this because I am a Muslim woman who believes her body is her own private concern.

Young Muslim women are reclaiming the hijab, reinterpreting it in light of its original purpose -- to give back to women ultimate control of their own bodies.

The Qur'an teaches us that men and women are equal, that individuals should not be judged according to gender, beauty, wealth, or privilege. The only thing that makes one person better than another is her or his character.

Nonetheless, people have a difficult time relating to me. After all, I'm young, Canadian born and raised, university- educated -- why would I do this to myself, they ask.
Strangers speak to me in loud, slow English and often appear to be playing charades. They politely inquire how I like living in Canada and whether or not the cold bothers me. If I'm in the right mood, it can be very amusing.

But, why would I, a woman with all the advantages of a North American upbringing, suddenly, at 21, want to cover myself so that with the hijab and the other clothes I choose to wear, only my face and hands show?

Because it gives me freedom.

-o-o-o-

WOMEN are taught from early childhood that their worth is proportional to their attractiveness. We feel compelled to pursue abstract notions of beauty, half realizing that such a pursuit is futile.

When women reject this form of oppression, they face ridicule and contempt. Whether it's women who refuse to wear makeup or to shave their legs, or to expose their bodies, society, both men and women, have trouble dealing with them.

In the Western world, the hijab has come to symbolize either forced silence or radical, unconscionable militancy. Actually, it's neither. It is simply a woman's assertion that judgment of her physical person is to play no role whatsoever in social interaction.

Wearing the hijab has given me freedom from constant attention to my physical self. Because my appearance is not subjected to public scrutiny, my beauty, or perhaps lack of it, has been removed from the realm of what can legitimately be discussed.

No one knows whether my hair looks as if I just stepped out of a salon, whether or not I can pinch an inch, or even if I have unsightly stretch marks. And because no one knows, no one cares.

Feeling that one has to meet the impossible male standards of beauty is tiring and often humiliating. I should know, I spent my entire teen-age years trying to do it. It was a borderline bulimic and spent a lot of money I didn't have on potions and lotions in hopes of becoming the next Cindy Crawford.

The definition of beauty is ever-changing; waifish is good, waifish is bad, athletic is good -- sorry, athletic is bad. Narrow hips? Great. Narrow hips? Too bad.

Women are not going to achieve equality with the right to bear their breasts in public, as some people would like to have you believe. That would only make us party to our own objectification.

True equality will be had only when women don't need to display themselves to get attention and won't need to defend their decision to keep their bodies to themselves.

Dua Wanita Mukminah

Dua orang wanita mukminah yang namanya terukir dengan indah didalam kitab-Nya yang mulia dimana setiap saat ribuan bahkan jutaan umat islam membaca namanya.Al-Qur’an mengabadikan namanya sebagai contoh dan teladan bagi kaum wanita muslimah yang ingin mengikuti jejaknya dialah Asiyah istri Fir’aun dan Maryam binti Imran.Karena keteguhan imannya, ketaatannya dan kepasrahannya yang mendalam terhadap takdir Rabb-Nya maka surgalah menjadi tempat tinggal mereka berdua yang abadi.Kita simak kisah mereka berdua dalam ayat berikut ini,

Allah Ta’ala berfirman:“Dan, Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman ketika ia berkata,”Ya, Rabbi, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim, dan ingatlah Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan kedalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Rabbnya dan kitab-kitabNya dan dia termasuk orang yang taat” (At_tahrim:11-12)
Firman-Nya:”Dan Allah membuat istri Fir’aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman”. Namanya adalah Asiyah binti Muzahim.Dia memiliki firasat yang kuat dan benar, beriman kepada Musa alaihis salam, sehingga dia disiksa Fir’aun.Artinya, Allah telah menjadikan keadaannya sebagai perumpamaan tentang keadaan orang-orang yang beriman sebagai sugesti bagi mereka agar teguh dalam ketaatan, berpegang kepada agama dan sabar jika ditimpa kekerasan, bahwa pasukan kafir tidak akan mampu menimpakan mudharat kepada mereka, seperti keadaan istri Fir’aun, meski dia berada dibawah kekuasaan orang kafir yang paling kafir. Imannya kepada Allah membuatnya berada di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Disini terkandung dalil bahwa hubungan kekufuran tidak menimbulkan mudharat terhadap iman.

Firman-Nya, “Ketika ia berkata,Ya’Rabbi bangunlah untukku sebuah rumah disisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya” artinya, dari perbuatannya yang buruk dan dari kemusyrikannnya serta kejahatan perbuatannya. Menurut Ibnu Abbas, dari perbuatannya artinya dari seluruh perbuatannya.Menurut Salman, istri Fir’aun disiksa dengan matahari. Jika mereka meninggalkannya, maka para malikat melindunginya dengan sayap-sayapnya. Dia juga dapat melihat rumahnya disurga.Perkataannya”Dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim” menurut Al-Kalaby, maksudnya penduduk Mesir. Menurut Muqatil, maksudnya kaum Qibthi. Allah mengeluarkan rumahnya disurga, sehingga dia dapat melihatnya, lalu rohnya dicabut. Menurut Al-Hasan dan Ibnu Kaisan, Allah menyelamatkannya dengan keselamatan yang mulia dan mengangkatnya ke surga sambil makan dan minum.

Disini terkandung dalil bahwa memohon perlindungan kepada Allah dan kembali kepada-Nya, memohon keselamatan ketika mendapat cobaan dan bencana, merupakan kebiasaan orang-orang shalih baik laki-laki maupun wanita, karakter orang-orang yang beriman kepada akhirat, laki-laki dan wanita. Dari Abu Hurairah, bahwa Fir’aun mengikat istrinya dengan empat tali dalam kedaan terlentang, lalu meletakkan batu penggiling diatas dadanya, matanya dihadapkan kearah matahari. Dia menengadahkan kepala ke arah langit seraya berkata:”Ya, Rabbi, bangunlah untukku sebuah rumah disisi-Mu”

Firman-Nya”Dan, ingatlah Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya” Maksud penyebutan Maryam ini, bahwa Allah mengimpunkan baginya kemuliaan dunia dan akhirat, memilihnya diantara para wanita seluruh alam, padahal dia hidup ditengah orang-orang kafir. Dia memelihara dirinya dari kekejian dan jauh dari kaum lelaki. Tak seorang lelakipun pernah menyentuh, menikah, apalagi berzina dengannya. “Dan dia membenarkan kalimat-kalimat Rabb-Nya dan kitab-kitab-Nya dan dia termasuk orang-orang yang taat” artinya, dia membenarkan syariat-syariat Allah yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya.

Dari Ibnu Abbas, dia berkata Rasulullah shalallau alaihi wassalam bersabda:“Sebaik-baik wanita penghuni surga ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim, istri Fir’aun”(ditakhrij Ahmad, Ath-Thabrany dan Al-Hakim)

Didalam Ash-Shahihain dan lainnya disebutkan dari hadits Abu Musa Al-Asy’ary bahwa Nabi shalallau alaihi wassalam bersabda:“Banyak laki-laki yang sempurna dan tidak ada wanita yang sempurna kecuali Asiyah istri Fir’aun dan Maryam binti Imran..”
Begitu mulianya derajat dan kedudukan kedua wanita tersebut yang dimana semua itu adalah hasil dari ketaatan mereka terhadap syariat Rabb-Nya. Dengan membaca kisah diatas dapat kita petik manfaatnya agar kita berlomba-lomba untuk menuju ketaatan kepada-Nya dan berusaha meraih predikat wanita shalihah, dimana dia adalah sebaik-baik perhiasan dunia dan tidak ada balasan bagi wanita shalihah selain surga-Nya.Ya, Allah masukkanlah kami kedalam orang-orang yang taat dan tunduk terhadap perintah-Mu. Amin.

Maraji:1. Al-Qur’an dan As-Sunnah bicara Wanita, hal:212-214,Darul Falah.

Jilbab Online.COm